hearth

Kamis, 20 Juni 2013

Antara Keinginan Hati Dan Keinginan Emosi

Malam itu, tepatnya tanggal 18 Juni 2013, saat semua hal masih terasa membingungkan di mataku. Saat dimana aku harus memilih dua pilihan yang aku buat sendiri. Kamu (nama disamarkan) bilang walau hanya lewat sms, "dipikirin lagi, takutnya cuma keinginan emosi sesaat aja." Aku benar-benar sperti ditampar saat itu. Mungkin kamu berpikir begitu karena melihat kelakuanku yang hampir tidak pernah serius selama ini. Yah, sebenarnya aku memang begitu. Setelah malam itu aku benar-benar memikirka ucapanmu, apakah benar aku ingin melakukan semua ini hanya karena emosi sesaat saja, bukan karena keinginan yang timbul dari hati??? Aku mulai mencari dari berbagai sumber tentang perbedaan keinginan dari hati dan keinginan yang dilandaskan emosi saja. And this is it. Aku mengerti sekarang. Dan aku akan membuktikan padamu bahwa keinginanku ini bukan hanya karena emosi. Karena aku memiliki banyak (terlampau banyak) pertimbangan untuk memutuskannya. Nyatanya sampai saat ini aku belum memutuskan apakah benar-benar akan mengambil double degree atau membatalkannya.
Masih banyak yang harus aku pikirkan. Karena keputusan yang nantinya aku ambil akan berefek pada masa depanku. Jika aku benar-benar mengambil double degree, aku harus siap dengan segala konsekuensinya. Seperti bentrokan jadwal, stress karena saat ini saja aku sudah mengambil 2 kuliah, kalau aku mengambil double degree itu berarti aku akan belajar dalam 3 jurusa sekaligus, dan masih banyak lagi konsekuensi yang harus aku terima. Namun ada banyak manfaat juga yang akan aku dapat jika aku mengambil double degree. Sungguh banyak.
Dan semisalnya aku memutuskan untuk mengubur keinginannya kuliah double degree, aku juga harus mengikhlaskan semuanya. Karena kalau memang itu yang terjadi, mungkin itu adalah keputusan terbaik yang Allah berikan kepadaku.
Yah diluar semua pertimbangan itu, aku benar-benar ingin mengambil kuliah double degree. Walaupun denga semua konsekuens yang ada.
Semoga keinginanku ini bukan hanya keinginan emosi semata, namun keinginan yang benar-benar muncul dari hati sehingga nantinya Allah akan meridhoi semua keputusan yang aku ambil. amiiiinnn.....


Rabu, 05 Juni 2013

Terkurung Kenangan

Kau tau sahabat, aku seperti masih terikat dengan masa itu. Masa dimana kita benar-benar masih bersama. Aku tahu (karena kalian sering menerangkan) kita masih bersama. Namun yang aku maksud adalah bersama yang sesungguhnya. Ada rasa lain saat aku hidup bersama kalian, menghabiskan sebagian perjalanan hidupku bersama kalian. AKU BENAR-BENAR MASIH TERIKAT DENGAN KENANGAN. Sering aku membaca sebuah kata mutiara, "Past is a beatiful and exited place to visit but absolutely not a suitable place to stay". Namun jika aku boleh jujur (sejujur-jujurnya) aku ingin mengulang waktu itu, jika saja aku bisa. Tapi sebentar aku menyadari bahwa hidup memang harus terus berjalan dan jika harus terus mengikutinya. Jika kita tidak terus bergerak, maka kita akan tergerus waktu, terbelakang dengan peradaban. Dan aku tidak ingin mengalami hal itu. Hidupku saat ini cukup menyenangkan walau tak bersama kalian. Aku mempunyai beberapa sahabat baru. Sahabat yang (mungkin) mengerti aku. Yah, aku coba untuk menikmati hidupku saat ini. Because We're not life for yesterday, but we are life for today. Aku masih butuh dukungan kalian kawan, untuk menghadapi kehidupan baruku ini. Kehidupan yang cukup keras. Kehidupan kampus atau apalah namanya. Yang jelas terkadang ini membuat aku ingin pergi saja dari tempat ini. Terlalu banyak rintangan. Jika saja tidak ada orang itu, orang yang aku anggap kakak itu. Yang masih dengan sabar selalu menjadi apapun yang aku mau. Terkadang ia kuharuskan menjadi penasehat yang baik, terkadang menjadi pelawak yang benar-benar lucu, terkadang ia pun harus kupaksa untuk menjadi guruku. Aku sungguh banyak berhutang padanya. Many thanks for you my beloved brother for all you've done for me. Kembali kepada sahabat-sahabatku. Kalian tidak perlu terlalu khawatir sekarang, karena aku sudah mempunyai cukup banyak penopang. Aku sudah cukup dewasa dan bijak untuk menghadapi semua ujian ini. Aku tidak menganggap sahabat-sahabat baruku sebagai pengganti kalian, karena kalian memang tak akan pernah tergantikan. Namun aku juga tak menganggap mereka sesuatu seperti cadangan atau apalah. Namun yah kalian pasti mengerti maksudku.
Sudahlah, aku tak boleh terlalu berlarut tentang ini. Aku harus terus bergerak, seperti yang aku katakan tadi. Seperti trending topic saat ini, MOVE ON. Kucoba semampuku, dan kalian pun pasti mencoba bersamaku, atau mungkin kalian sudah terlebih dahulu mencoba hal ini. Aku sudah tidak mengetahuinya lagi. Karena banyak hal yang sudah memisahkan jasad kita, namun kuharap bukan hati kita.
Terakhir aku menulis sebuah puisi untuk kita semua, sahabatku SERAMBI dan sahabat-sahabat baruku tentang kehidupan.



DUA KEHIDUPAN

Seperti dihadapkan pada dua pintu
Terisak-isak kala memasukinya
Semua jelaga seolah telah menunggu di dalamnya
Apa kau punya pilihan untuk tak masuk?
Tentu saja punya
Si duri yang indah atau mawar yang buruk rupa
Saat ombak tak lagi berderu
Saat karang tak kuasa lagi untuk tegar
Saat itulah kau harus membuka pintu kedua
Penuh keabadian
Dalam penantian kau terus berangan
Apakah kelak yang akan aku dapatkan?
Jelaga panas ataukah kenikmatan tiada tara?
Ketika ria tak lagi teringat
Pun duka tiada lagi terkenang
Saat itulah kau akan temukan
Dimana kehidupanmu yang sesungguhnya berada????